Rajin Beribadah, Pintar di sekolah, Ikhlas Beramal

Sabtu, 27 Agustus 2011

Di Balik Kegagalan Pasti Ada Kesuksesan


Manusia diciptakan penuh dengan keterbatasan. Ingin rumah luas uang tidak punya untuk membuatnya, ingin sekolah tinggi tapi tidak ada kesempatan, ingin menikah tapi jodoh belung datang, ingin hidup tenang tapi terus saja gundah gulana, ingin sukses tapi misi dan visi hidup tidak beres.
Sungguh Maha Adil Allah yang telah mencipta, dengan segala keterbatasan yang ada, manusia menempati tempat tertinggi dibanding makhluk Allah lainya. Dia beri kita akal untuk menyempurnakan keterbatasan yang kita miliki, Dia beri kita hati nurani yang tidak pernah berdusta, Dia beri kita jasad yang indah lagi sempurna.
“Kenapa hidup saya selalu tersiksa begini, gagal dan tidak berarti?”
“Akankah ada hari esok penuh ceria untuk saya yang nestapa?”
“Masihkan ada ampunan Allah untuk saya yang bergelimang maksiat?”
“Kapankah datangnya belahan jiwa yang akan menentramkan hati?”
Pertanyaan di atas senantiasa saja ada pada setiap jiwa. Keinginan besar untuk hidup tenang, bahagia, sukses adalah impian kita semua. Keinginan untuk mencapai kesuksesan, prestatif, inovatif, produktif terletak pada seberapa besar kita mampu menempatkan diri pada Zat yang telah menciptakan kita dengan segala keterbatasan ini. Kita tidak pernah mampu menahan maut yang menjemput. Kita tidak pernah bisa bertindak saat usaha telah maksimal ternyata kita masih juga menemui kegagalan. Tidak pula bisa kita tunda saat umur senantiasa bertambah. Apa yang bisa kita lakukan?
Rendah hati, qolbu yang bersih, bekerja keras, berdoa, dan tawakal adalah kunci keberhasilan jika kita ingin mejadi pribadi sukses. Allah adalah satu-satunya tempat kita bergantung, karena hanya Dialah yang mengeluarkan kita dari kegelapan kepada cahaya. “Allah adalah pelindung orang-orang beriman, Dia mengeluarkan dari kegelapan kepada cahaya…” (QS.Al-Baqarag:27)
Lia’s gallery menuliskan beberapa prinsip yang harus kita miliki agar kita menjadi pribadi sukses dengan limpahan Rahman dan Rahim Allah.
  1. Bekerjalah karena Allah, bukan karena pamrih kepada orang lain. Maka Anda akan memiliki integritas yang tinggi, yang merupakan sumber kepercayaan dan keberhasilan.
  1. Jangan berinspirasi pada yang selain Allah. Jangan berprinsip pada sesuatu yang labil dan tidak pasti seperti harta, nafsu hewani, kedudukan, penghargaan orang lain atau apapun selain Allah. Hal ini akan membuat mental Anda lebih siap menghadapi kemungkinan apapun yang akan terjadi pada diri Anda.
  1. Lakukan sesuatu dengan sungguh-sunguh dan sebaik-baiknya karena Allah dan ingatlah selalu Allah yang Maha Tinggi. Maka Anda akan mendapatkan hasil yang jauh berbeda dan jauh lebih baik.
  1. Berpedomanlah selalu pada sifat-sifat Allah, seperti ingin selalu maju, ingin selalu adil, ingin selalu memberi kasih sayang, ingin selalu kreatif dan inovatif, ingin selalu bijaksana, ingin selalu memelihara, berfikir jernih, mau belajar sungguh-sungguh.
  1. Bangun kepercayaan dari dalam diri, jangan karena penampilan fisik, tetapi iman andalan yang akan memancarkan kharisma.
  1. Bangun motivasi Anda, karena Anda adalah makhluk Allah yang sempurna dan Anda adalah wakil Allah. Raihlah cita-cita dan harapan dengan kemauan yang kuat membara…
Dibalik cerita kesuksesan orang-orang sukses, tersimpan banyak kegagalan yang dilipat rapi  dalam sebuah simpul pengalaman sejarah. Simpul-simpul itulah yang justru mendorong lahirnya kesuksesan. Tom Watson mengatakan, “Jika Anda ingin sukses, perbanyaklah angka kegagalan Anda.” Karena memang, kegagalan adalah sukses yang tertunda. Semakin banyak kegagalan yang kita hadapi, maka kita akan semakin dewasa menerima kesuksesan yang sesungguhnya, sebagai buah jerih payah dan usaha yang kita lakukan.
Orang sukses, bukanlah orang-orang yang luar biasa, tetapi mereka melakukan hal-hal kecil dengan cara luar biasa. Ketika ia menemukan kegagalan dalam hidupnya, dia tidak mengeluh, putus asa, apa lagi menyalahkan Tuhanya.
Siapa tak kenal Abraham Lincoln. Pria ini pernah mengalami kegagalan dalam bisnis dalam usia 21 tahun, kalah dalam pemilihan anggota legislatif di usia 22 tahun, gagal lagi dalam bisnis di usai 24 tahun, menderita kesedihan akibat kematian kekasihnya di usia 26 tahun, menderita gangguan syaraf di usia 27 tahun, gagal dalam pemilihan anggota kongres di usia 34 tahun, gagal dalam pemilihan anggota senat di usia 45 tahun, gagal dalam upaya menjadi wakil presiden di usia 47 tahun, gagal dalam upaya pemilihan anggota senat di usia 49 tahun, namun akhirnya terpilih sebagai presiden Amerika Serikat di usia 52 tahun.
Lain lagi kisah seseorang yang sedang menuju tangga-tangga kesuksesannya. Gagal UMPTN tidak membuatnya kecewa. Masih dengan akal yang jernih dan semangat untuk hidup bahagia, dia masuki sebuah Perguruan Tinggi Swasta. Di sana ia giat belajar. Baginya kegagalan berkompetisi dalam memperebutkan Perguruan Tinggi Negri bukanlah akhir segala-galanya. Dengan bekal keyakinan dan dorongan yang kuat untuk mendapatkan apa yang menjadi cita-citanya, dia terpilih sebagai mahasiswa teladan dan mendapatkan beasiswa. “Kalau saya kuliah di PTN, mungkin belum tentu begini ceritanya.” Begitu batinnya berbisik riang.
Kesuksesan dan kegagalan tidak dapat kita elakkan sebagai konsekwensi atas berbagai pilihan dan keputusan dalam memilih cara hidup. Inilah bukti nyata lemahnya manusia. Tanpa subsidi kekuatan berupa sikap dan improvisasi berupa kemauan keras untuk berusaha dari Allah SWT, kita hanyalah pemain yang pasrah mementaskan peran kita. Maka oleh karena itu, keberhasilan kita melipat kegagalan dan menyimpannya sebagai guru dalam sejarah hidup kita, turut dipengaruhi oleh sikap, kemauan keras dan keyakinan kita pada Tuhan, sebagai Zat yang Maha berkehendak atas diri kita.
Bersikap positif memandang kegagalan sebagai awal kesuksesan adalah pelajaran yang paling berharga. Ibaratnya seorang ibu yang gagal menanak nasi hingga menjadi bubur. Jika terlanjur menjadi bubur, jangan buang bubur itu. Kenapa tidak kita jadikan saja bubur itu menjadi bubur ayam. Tambahkan bumbunya, beri daging, ati ampela ayam, taburi bawang goreng dan kecap. Hidangkan dengan sedikit kerupuk. Bukanhkan ia tetap dapat kita makan, bahkan memberikan variasi dalam menu kita hari itu. Bukankah tidak sedikit pula yang favorit terhadap bubur ayam?

Senin, 01 Agustus 2011

Standar Kompetensi Bimbingan dan Konseling di SLTA

Dalam Permendiknas No. 23/2006 telah dirumuskan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dicapai peserta didik, melalui proses pembelajaran berbagai mata pelajaran. Namun, sungguh sangat disesalkan dalam Permendiknas tersebut sama sekali tidak memuat Standar Kompetensi yang harus dicapai peserta didik melalui pelayanan Bimbingan dan Konseling. Oleh karena itu, Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) mengambil inisiatif untuk merumuskan Standar Kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik, mulai tingkat SD sampai dengan Perguruan Tinggi, dalam bentuk naskah akademik, untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan Depdiknas dalam menentukan kebijakan Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Indonesia.
Dalam konteks pembelajaran Standar Kompetensi ini disebut Standar Kompetensi Lulusan (SKL), sementara dalam konteks Bimbingan dan Konseling Standar Kompetensi ini dikenal dengan istilah Standar Kompetensi Kemandirian (SKK), yang di dalamnya mencakup sepuluh aspek perkembangan individu (SD dan SLTP) dan sebelas aspek perkembangan individu (SLTA dan PT). Kesebelas aspek perkembangan tersebut adalah: (1) Landasan hidup religius; (2) Landasan perilaku etis; (3) Kematangan emosi; (4) Kematangan intelektual; (5) Kesadaran tanggung jawab sosial; (6) Kesadaran gender; (7) Pengembangan diri; (8) Perilaku kewirausahaan (kemandirian perilaku ekonomis); (9) Wawasan dan kesiapan karier; (10) Kematangan hubungan dengan teman sebaya; dan (11) Kesiapan diri untuk menikah dan berkeluarga (hanya untuk SLTA dan PT). Masing-masing aspek perkembangan memiliki tiga dimensi tujuan, yaitu: (1) pengenalan/penyadaran (memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang aspek dan tugas perkembangan [standar kompetensi] yang harus dikuasai); (2) akomodasi (memperoleh pemaknaan dan internalisasi atas aspek dan tugas perkembangan [standar kompetensi] yang harus dikuasai) dan (3) tindakan (perilaku nyata dalam kehidupan sehari-hari dari aspek dan tugas perkembangan [standar kompetensi] yang harus dikuasai).
Aspek perkembangan dan beserta dimensinya tampaknya sudah disusun sedemikian rupa dengan mengikuti dan diselaraskan dengan prinsip-prinsip, kaidah-kaidah dan tugas-tugas perkembangan yang harus dicapai individu.
Berikut ini rumusan Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN (SKK) PESERTA DIDIK
PADA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS
    No
    Aspek Perkembangan
    Tataran/Internalisasi Tujuan
    Pengenalan
    Akomodasi
    Tindakan
    1
    Landasan hidup religiusMempelajari hal ihwal ibadahMengembangkan pemikiran tentang kehidupan beragamaMelaksanakan ibadah atas keyakinan sendiri disertai sikap toleransi
    2
    Landasan perilaku etisMengenal keragaman sumber norma yang berlaku di masyaraakatMenghargai Keragaman sumber norma sebagai rujukan pengambilan keputusanBerperilaku atas dasar keputusan yang mempertimbangkan aspek-aspek etis
    3
    Kematangan emosiMempelajari cara-cara menghindari konflik dengan orang lainBersikap toleran terhadap ragam ekspresi perasaan diri sendiri dan orang lainMengekspresikan perasaan dalam cara-cara yang bebas,terbuka dan tidak menimbulkan konflik
    4
    Kematangan intelektualMempelajari cara-cara pengambilan keputusan dan pemecahan masalah secara objektifMenyadari akan keragaman alternatif keputusan dan konsekuensi yang dihadapinyaMengambil keputusan dan pemecahan masalah atas dasar informasi/data secara obyektif
    5
    Kesadaran tanggung jawab sosialMempelajari keragaman interaksi sosialMenyadari nilai-nilai persahabatan dan keharmonisan dalam konteks keragaman interaksi sosialBerinteraksi dengan orang lain atas dasar kesamaan
    6
    Kesadaran genderMempelajari perilaku kolaborasi antar jenis dalam ragam kehidupanMenghargai keragaman peraan laki-laki atau perempuan sebagai aset kolaborasi dan keharmonisan hidupBerkolaborasi secara harmonis dengan lain jenis dalam keragaman peran
    7
    Pengembangan diriMempelajari keunikan diri dalam konteks kehidupan sosialMenerima keunikan diri dengan segala kelebihan dan kekurangannyaMenampilkan keunikan diri secara harmonis dalam keragaman
    8
    Perilaku kewirausahaan (kemandirian perilaku ekonomis)Mempelajari strategi dan peluang untuk berperilaku hemat,ulet, sengguh-sungguh dan kompetitif dalam keragaman kehidupanMenerima nilai-nilai hidup hemat,ulet sungguh-sungguh dan kompetitif sebagai aset untuk mencapai hidup mandiriMenampilkan hidup hemat, ulet, sungguh-sungguh dan kompetitif atas dasar kesadaran sendiri
    9
    Wawasan dan kesiapan karierMempelajari kemampuan diri, peluang dan ragam pekerjaan, pendidikan, dan aktifitas yang terfokus pada pengembangan alternatif karir yang lebih terarahInternalisasi nilai-niolai yang melandasi pertimbangan pemilihan alternatif karirMengembangkan alternatif perencanaan karir dengan mempertimbangkan kemampuan, peluang dan ragam karir
    10
    Kematangan hubungan dengan teman sebayaMempelajari cara-cara membina dan kerjasama dan toleransi dalam pergaulan dengan teman sebayaMenghargai nilai-nilai kerjasama dan toleransi sebagai dasar untuk menjalin persahabatan dengan teman sebayaMempererat jalinan persahabatan yang lebih akrab dengan memperhatikan norma yang berlaku
    11
    Kesiapan diri untuk menikah dan berkeluargaMengenal norma-norma pernikahan dan berkeluargaMengharagai norma-norma pernikahan dan berkeluarga sebagai landasan bagi terciptanya kehidupan masyarakat yang harmonis
    Mengekspresikan keinginannya untuk mempelajari lebih intensif tentang norma pernikahan dan berkeluarga
Sumber:
Depdiknas.2007.Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal.Jakarta.
Semoga dapat bermanfaat...!!!